PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
Makalah ini guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Manajemen Sumber Daya Manusia
Dosen Pengampu: Enny Puji Lestari.,M.E.Sy
![]() |
Kelompok
5:
Evi
Setianingsih 1502100050
Iisnaini
Rahmawati 1502100060
Resti
Rahmawati 1502100297
Kelas:
B
PROGRAM
STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (FEBI)
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
2017
NAMA
: IIS NAINI RAHMAWATI
NPM : 1502100060
KELAS
: B
PRODI
: S1 PBS
A.
PENGERTIAN
DAN TUJUAN PENGEMBANGAN KARIR
1.
Pengertian
Pengembangan Karir
Sebelum megetahui apa sih pengembangan karir maka kita harus mengerti
apa arti karir itu sendiri? Bebarapa paendapat tentang karir :
a.
Menurut Walker
dalam Badriyah (2015), Karir dianggap lebih pnting dari pada pekerjaan. Seorang
pegawai pegawai biasa meninggalkan pekerjaannya jika merasa prospek karinya
buruk, sebaliknaya apabila pegawainya merasa karirnya cerah dalam organisasi
tersebut dia akan termotivasi bekerja dan mengarahkan semua tenaga dan
pikirannya melaksanakan pekerjaanya.
b.
Menurut
Greenhaus dalam (Ivancevich, 2013), karir merupakan pola pengalaman yang terkait
dengan pekerjaan misalnya posisi pekerjaan, kewajiban tugas-tugas, keputusan
dan interprestasi subjektif mengenai masalah yang berkaitan dam bekerja.
c.
Menurut Bernadin
dan Russel, berpendapat bahwa karir merupakan perspektif pribadi sikap dan
perilaku seseorang terkait dengan aktivitas-aktivitas dan pengalaman dalm rentang
perjalanan pekerjaan seseorang.[1]
Jadi dari pendapat-pendapat diatas dapat saya
simpulkan bahwa karir merupakan suatu perjalanan hidup seseorang atau tujuan
hidup seseorang dan merupakan suatu pekerjaan atau pengalaman seorang
pegawai dan merupakan potensi seseorang dalam suatu pekerjaan,
dimana karir tersebut meruapakan karir yang baik ataukah buruk.
Perubahan lingkungan yang begitu dinamis telah
dihadapi setiap organisasi. Organisasi dituntut untuk dapat beradaptasi dan
bergerak cepat dengan perubahan. Perubahan struktur oraganisasi dilakukana agar
organisasi dapat segera merespon berbagai perubahan dalam struktur organisasi
yang terjadi. Kenyataan akan perlunya perubahan dalam strukrur organisasi telah
memberikan dampak pada pengembangan karir individu. Karir akan maendukung
efektivitas individu dan organisasi dalam mencapai tujuan. Karir merupakan
bagian dari perjalan hidup dan tujuan hudup seseorang. Setiap seseorang berhak
dan memiliki kewajiban untuk sukses dan mencapai karir yang baik. Sering kita
jumpai anggapan yang sudah mapan dan nyata dalam masyarakat bahwasanya
seseoarng akan berhasil dalam karirnya apabila seseoarang tersebut sudah
menjadi atau menepati posisi maanajer atu kepala pada suatu instansi. Dalam
persepsi ini maka seseorang akan
mendapatakan pengakuan dan merasa dihargai serta dihormati baik dalam lingkup
pekrjaan maupun dalam lingkup keluarga serta masyarakat. Martabat seseorng pun
akan terangkat dan mennjadi kebanggaan tersendiri.[2]
Handoko, mengemukakan bahawa istilah karir sendiri
telah digunakan untuk menunjukan orang-orang pada masing-masing peranan atau
status mereka. Sedangkan menurut
Singodimedjo, karir merupakan urutan dari kegiatan-kegiatan, perilaku
yang berkaitan dengan kerja, sikap dan aspirasi yang berhubungan selam hidup
seseorang. Pendapat lain tentang karir menurut Hall (dalam Gibson, 1987) karir
adalah persepsi orang orang mengenai sikap dan perilaku yang berhubungan dengan
pemgalaman dan kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan sepamjang hidup orang
tersebut dimulai dari awal orang tersebut bekerja sampai dengan sekarang.
Kariar tercermin pada gagasan bahwa orang yang akan selalu bergerak maju dan
mingkat dalam pekerjaan yang dipilihnya. Maksud dari bergerak maju yaitu bahwa
didiri orang tersebut memiliki keinginan untuk mendapatkan suatu tantangan yang
lebih besar, mimiliki keinginan memiliki status dan prestise, serta mimiliki
keinginan untuk mendapatkan kekuasaan yang leboh besar. (Gibson, Ivancevich,
& Donnely, 1987).[3]
Jadi dapat disimpulkan bahwa karir adalah suatu
pekerjaan (jabatan) yang ditangani atau dipegang selama kehidupan kerja
seseorang. Banyak orang gagal mengelola karir mereka, karena mereka tidak
memperhatikan konsep dasar perencanaan karir ini. Mereka tidak menyadari bahwa
sasaran-sasaran karir dapat memacu karir mereka dan menghasilkan kesuksesan
yang lebih besar. Pemahaman akan konsep-konsep tersebut tidak menjamin
kegiatan, tetepi bila hal itu mengarahkan pada penetapan ksasaran karir, maka
perencanaan lebih cenderung terlaksana. Pengembangan karir itu sendiri
mempunyai arah serta pilihan yang akan memberikan kepada setiap karyawan untuk
mengembangkan karirnya sepanjang arah itu mencerminkan tujuan dan kemampuan.[4]
Proses dan pengembangan karir yang ditumbuhkan
perusahaan sangat membantu setiap individu karyawan dalam memecahkan masalah
karir, tidak ada masalah bagi diri karyawan dalam meniti karirnya. Sesuatu yang
sangat baik dimana proses dan pengembangan karir yang dapat menjanjikan
berbagai pilihan atas jalur-jalur karir. Dalam perikatan karyawan dengan
perusahaan tempatnya bekerja perlu diciptakan harmoni hubungan di wilayah
pengembangan karir yang akan menciptakan beneficial mutualis, yakni suatu
kondisi dimana karyawan dan perusahaan sama-sama memetik manfaat dan terus dapt
berkembangnya segenap potensi diri karyawan yang selaras dengan berkembangnya
organisasi.
Dalam ilmu pengetahuan tentang perilaku pada
umumnya, karir mempunyai tiga pengartian yakni:
a. Karir
sebagai sejarah pekerjaan atau serangkaian posisi yang dipegangnya selama ia
kerja. Dalam konteks ini, semua orang dengan sejarah kerja merasa disebut
mempunyai karir.
b. Karir
sebagai suatu urutan promosi atau pemindahan lateral ke jabatan-jabatan yang
lebih menuntut tanggung jawab atau kelokasi yang lebih hieraki hubungan kerja,
selama kehidupan seseoranh kerja.
c. Karir
sebagi petunjuk pekerjaan-pekerjaan yang membentuk suatu pola kemajuan yang
sistematik dan jelas dalam jalur karir.
Sehingga
dapat di simpulkan bahwa karir merupakan jalan kehidupan pekerjaan seseorang
karyawan selama hidupnya bekerja, artinya selama seseorang bekerja akan
mengalami perubahan jabatan atau kepangkatan. Karir seseorang dapat naik, tetap
bahkan bisa juga akan menurun untuk beberapa periode dan pengembangan karir
adalah suatu peningkatan pribadi seseorang untuk meningkatkan atau untuk
mencapai suatu rencana karir. Sehingga seseorang membutuhkan skill untuk
mengembangkan karir itu sendiri.
Pengembangan karir? Lalu apa sih pengembangan karir
itu? Pengembangan karir adalah upaya yang dilakukan oleh organisasi dalam
merencanakan karir pegawainya, yang disebut sebagai manajemen karier, antara
lain merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi karir, pengembangan karir sangat
diharapkan oleh setiap pegawai untuk memotivasi mereka agar bekerja dengan
baik. Handoko (2008) mengemukakan bahwa pengembangan karir adalah meningkatkan
pribadi yag dilakukan seseorang untuk seseorang untuk mencapai rencana karir
yang diinginkan, sementara itu Monday (1993) berpendapat bahwa pengembangan
karir adalah serangkaian aktivitas yang mempersiapkan seseorang individu pada
kemajuan karir yang direncanakan. Menurut Ruky (2003) pengembangan karir
sebenarnya juga menjadi tanggung jawab kedua kedua belah pihak. Mereka yang
mempunyai visi ddan ambisi untuk mengembangkan karir harus selalu mengambil
inisiatif dan tindakan yang akan membantu mengembangkan karirnya.[5]
Sehingga dapat saya simpulkan bahwa pengembangan
karir adalah suatu cara dimana kita diperkenankan atau diwajibkan untuk
mengembangkan kemampuan kita di suatu instansi atau perusahaan dimana tempat
kita bekerja. Sebagai contoh apabila kita bekerja di suatu perusahaan dan
disitu kita hanya berdiam diri mengikuti pntunjuk yang sudah di berikan tanpa
mengungkapkan pendapat kita padahal kita memiliki kamampuan untuk mengungkapkan
suatu pendapat, dan disitulah skill kita diperlihatkan, agar kita tau sampai
dimana sih kemampuan kita.
2.
TUJUAN
PENGEMBANGAN KARIR
Pengembangan
karir juga bertujuan untuk memberikan fasilitas bagi para karyawannya dalam
upaya untuk mengembangkan dirinya sendiri secara optimal di lingkup organisasi
atau institusi (Wungu dan Harsono, 2003). Sebenarnya pengembangan diri manusia
tiada batas dan harus berhenti ketika kita membawanta ke liang kubur. Dengan
demikian, maka semakin mampu organisasi menyediakan fasilitas jenjang karir
yang luas selaras dengan kebutuhan pengembangan usaha organisasi, baik
organisasi publik maupun privat, akan semakin besar pula kemungkinan karyawan
dapat mengembangkan dirinya. Secara khusus pengembangan karir bertujuan untuk:
a.
Memberikan
kepastian arah karir jabatan karyawan dalam kiprahnya dilingkup organisasi.
b.
Meningkatkan
daya tarik organisasi atau institusi bagi para karyawan yang berkulitas.
c.
Memudahkan
manajemendalam menyelenggarakan program-program pengembnagn sumber daya
manusia, khususnya dalam rangka mengambil keputusan di bidang karir serta
perencanaan sumber daya manusia organisasi atau perusahaan yang selaras dengan
rencana pengembangan organisasi.
d.
Memudahkan
administrasi kepegawaian, khususnya dalam melakukan administrasi pergerakan
karyawan dalam arah karir promosi, rotasi, ataupun demosi jabatan.[6]
Jadi dapat disimpulkan menurut saya tujuan
karir diatas itu sangat begitu penting karna tanpa adanya tujuan karir
bagaiamana seseoarang dapat mentargetkan kemampuan atau skiil mereka untuk
menuju kesuksesan, karir juga akan menujukkan suatu kuliatas seseorang semakin
tinggi karir seseorang mak akan disegani atau lebih dihormati oleh masyarakat,
tetapi karir bukan ajang untuk mempertujukkan kesombongan seseorang, karna
tidak sedikit orang zaman sekarang demi mendapatkan karir yang lebih tinggi
mereka melakukan hal yang sebenarnya tidak pantas dilakukan, tanpa ia
mengembangkan suatu potensi mereka sendiri, apalagi orang yang sudah terbiasa melakukan
semua hal memakai uang, maka ia juga berfikir bahwa uang adalah segalanya, dan
dengan mudah ia mendapatkan karir.
DAFTAR PUSTAKA
Poltak Lijan Sinambela. (2016). Manajeman
Sumber Daya Manusia.Jakarta: PT Bumi Aksara.
Edy Sutrisno.(2009). Manajeman
Sumber Daya Manusia.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Kasmir.( 2016) Manajemen
Sumber Daya Manusia.Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Nama : Evi
Setianingsih
NPM : 1502100050
Kelas : B
Prodi : S1-Perbankan Syari’ah
3.
Model Pengembangan Karier
Dalam pengembangan karier terdapat dua model yaitu model
tradisional dan model kontemporer.
1)
Model
Tradisional
Secara umum dalam model tradisional terdapat empat tahap, yaitu exploration,
establishment, maintenance, dan disengagement.
a.
Tahap
Eksplorasi
Pada tahap ini mereka
mempertimbangan minat, dan kecenderungan pekerjaan, serta mereka mencari
informasi tentang pekerjaan, karier, dan jabatan, dari pekerjaan lain, teman
dan anggota keluarga. Apabila mereka sudah mengidentifikasi jenis pekerjaan
atau jabatan yang menarik minatnya pegawai itu mualai mengejar pendidikan dan
pelatihan yang dibutuhkan secara khusus eksplorasi terjadi pada usia awal atau
akhir dua puluhan.
Eksplorasi ini
berlanjut ketika individu tersebut memulai pekerjaan baru. Dalam banyak hal pekerja baru belum
siap memulai tugas dan peran pekerjaan tanpa bantuan dan arahan dari orang
lain. Dalam banyak pekerjaan pegawai baru dianggap sebagai orang yang sedang magang.
Namun dalam kacamata organisasi, aktivitas orientasi dan dan sosialisasi
dibutuhkan untuk mengatur pegawai yang lain sehingga mereka mulai dapat
memberikan kontribusi terhadap tujuan organisasi.[7]
Jadi dapat
disimpulkan pada tahap eksplorasi dimulai pada awal seorang pegawai bekerja.
Dalam tahap ini seorang pegawai dapat mengidentifikasi kecenderungan minat
mereka dan pekerjaan yang mereka inginkan. Setelah mengetahui hal tersebut
mereka akan melatih diri dan mengikuti pendidikan. Namun tahap ini berlanjut
ketika mereka awal memasuki pekerjaan baru, diman seorang pegawai baru masih
membutuhkan arahan dari pegawai yang lain.
b.
Tahap
Establishment
Dalam tahap ini, pegawai telah mendapatkan tempatnya dalam
organisasi, memberikan kontribusi yang mandiri, memperoleh tanggung jawab besar
dan kesuksesan finansial, serta membangun gaya hidup yang dikehendaki. Seorang
pegawai yang telah mencapai tahap establishment dipandang sebagai
“kolega” yakni pegawai yang dapat bekerja secara mandiri dan mendatangkan
hasil. Dan dalam tahap ini pula pegawai dituntut untuk lebih aktif terlibat
dalam berbagai aktivitas perencanaan karier.[8]
Jadi kesimpulan dari tahap establishment ialah seorang pegawai yang
sudah memiliki posisi dalam suatu organisasi. Dan pegawai dalam tahap ini sudah
dapat berkerja secara mandiri tanpa arahan dari pihak lain. Namun seorang
pegawai dalam tahap ini memilki tanggung jawab yang besar dan biasanya di
iringi dengan kesuksesan finansial.
c.
Tahap
Maintenance
Dalam tahap pemeliharaan, individu tertarik memelihara
keterampilannya agar tetap up to date dan dipersepsi oleh orang lain
sebagai orang yang masih memberi kontribusi kepada organisasi. Pegawai pada
tahap ini, memiliki pengalaman kerja bertahun-tahun, banyak pengetahuan kerja,
dan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana perusahaan mengharapkan bisnis
dilakukan. Pegawai pada tahap ini, bisa menjadi pelatih atau mentor. Dan dapat
diminta untuk meninjau atau mengembangkan kebijakan atau tujuan perusahaan. [9]
Jadi dapat disimpulkan pada tahap pemeliharaan seorang pegawai sudah
memilik pengalaman kerja yang lama dan mereka cenderung memelihara keterampilan
yang mereka punya. Dan seorang pegawai pada tahap ini dapat dijadikan mentor,
karena pendapat mereka berpengaruh besar dalam pengembangan suatu organisasi.
d.
Tahap
Disengagement
Dalam tahap disengagement individu mempersiapkan perubahan
dalam keseimbangan antara aktivitas pekerjaan dan nonpekerjaan. Sedangkan,
dalam hal ini individu dapat mengambil peran sebagai “sponsor”. Dimana sponsor
tersebut dapat memberikan pengarahan kepada pegawai lain, mewakili organisasi
kepada pelanggan, berinisiatif melakukan tindakan dan membuat keputusan. Pada
saat memikirkan disengagement pembicaraan dapat digeser pada pegawai senior
yang akan memasuki masa pensiun dan berkonsentrasi sepenuhnya pada aktivitas
nonpekerjaan. Dalam suatu survei yang dilakuakn oleh WatsonWyatt dalam Kaswan
(2014) mengemukakan bahwa dalam 75% dari pegawai senior lebih senang mengurangi
jam kerjanya secara bertahap daripada menghadapi pekerjaan secara penuh atau
bukan pekerjaan penuh waktu. Tahapan ini juga berarti pengurangan jam kerja
secara bertahap. [10]
Kesimpulan dari tahap ini seorang pegawai cenderung pada masa
pensiun, dimana seorang pegawai tidak lagi mengutamakan pekerjaan. Akan tetapi
bukan berarti ia meninggalkan pekerjaan tersebut. Namun, mereka bertindak
sebagai sponsor yang dapat memberikan pengarahan. Dan seorang pegawai pada
tahap ini akan mengurangi jam kerja secara bertahap.
Untuk memahami empat tahapan diatas dapat dipermudah dengn
penyajian tabel berikut ini :
|
No.
|
Dekripsi
|
Tahapan Karier
|
|||
|
Explorasi
|
Establisment
|
Maintance
|
Disengagement
|
||
|
1.
|
Tugas
pengembangan
|
Mengidentifikasi
minat, keterampilan dan kesesuaian antara dirinya dna pekerjaan .
|
Kemajuan,
pertumbuhan, rasa aman, dan mengembangkan gaya hidup.
|
Berlanjut
sampai kepada pencapaian prestasi, dan meng-up date keterampilan.
|
Perencanaan
pensiun, mengubah keseimbangan antara pekerjaan dengan nonpekerjaan.
|
|
2.
|
Aktivitas
|
Membantu
belajar, mengikuti pengarahan.
|
Memberikan kontribusi
secara mandiri.
|
Melatih
mensponsori, dan membuat kebijakan.
|
Secara
bertahap keluar dari pekerjaan.
|
|
3.
|
Hubungan
dengan pegawai lain
|
Magang.
|
Kolega.
|
Mentor.
|
Sponsor.
|
|
4.
|
Usia khusus
|
Kurang dari
30 tahun.
|
30-44 tahun.
|
45-60 tahun.
|
Lebih dari 61
tahun.
|
|
5.
|
Lama bekerja
|
Kurang dari 2
tahun.
|
3-10 tahun.
|
Kurang lebih
10 tahun.
|
Kurang lebih
10 tahun.
|
2)
Model
Kontemporer
Pandangan kontemporer tentang pengembangan karier adalah bahwa
individu dan organisasi seharusnya fleksibel dan dapat beradaptasi agar tetap
sukses dalam lingkungan yang terus-menerus berubah dan tidak menentu. Artinya
di butuhkan fleksebilitas dalam melakukan penyesuaian-penyesuaian. Penyesuaian
yang dimaksud merupakan perubahan perencanaan dan pengembangan karier, yaitu protean
career atau yang digerakan oleh pegawai dan bukan oleh organisasi. Ciri
utama protean career adalah bahwa karier ini merupakan refleksi dan
manifestasi aktor karier indivudual atau oleh pegawai itu sendiri. Keberhasilan
psikologis dipandang sebagai keberhasilan subjektif menurut pandangan orang
tersebut yang berlawanan dengan keberhasilan objektif yang dapat diukur secara
kuantitatif.[11]
Jadi kesimpulan dari tahap ini bahwa seorang pegawai dan organisasi
harus memiliki fleksebilitas agar dengan mudah seorang pegawai beradaptasi dan
berkontribusi secara penuh dalam suatu organisasi. Karena ketika seorang
pegawai dapat beradaptasi maka ia dengan mudah melakukan penyesuaian dalam
perencanaaan dan pengembangan karier. Dalam tahap ini dicontohkan sebagai
berikut, misalnya, seseorang menilai dirinya sendiri telah mengerjakan
pekerjannya dengan sangat baik, tetapi pandangam tersebut berlawanan dengan
kinerjanya yang diukur secara objektif yang tidak memenuhi standar yang
ditentukan.
Untuk memperjelas perbedaan antara karier tradisional dan protean
career dapat dilihat dalam tabel berikut :
|
No.
|
Dimensi
|
Karier Tradisonal
|
Protean Career
|
|
1.
|
Sasaran
|
Promodi
kenaikan gaji
|
Kesuksesan
psikologis
|
|
2.
|
Kontak
psikologis
|
Perasaan
aman untuk berkomitmen
|
Dapat
dipekerjakan untuk fleksibelitas
|
|
3.
|
Mobilitas
|
Vertikal
|
Lateral
|
|
4.
|
Tanggung
jawab untuk manajemen
|
Perusahaan
|
Pegawai
|
|
5.
|
Pola
|
Lenear
atau ahli
|
Spiral
dan transisi
|
|
6.
|
Keahlian
|
Pengetahuan
bagaimana
|
Belajar
bagaimana
|
|
7.
|
Pengembangan
|
Terlalu
tergantung pada pelatihan formal
|
Lebih
tergantung pada hubungan dan pengalaman kerja
|
Melihat tabel
diatas dapat disimpulkan bahwa karier protean jelas lebih progresif dan
berorientasi pada pegawai, sehingga seseorang akan lebih bebas mengembangkan
kariernya.
Warner dan
DeSimone dalam Kaswan (2014), berpendapat bahwa pengembangan karier kontemporer
adalah model konsep karier ganda, yang mengatakan bahwa terdapat empat
pengalaman karier yang berbeda yaitu.
a.
Lenear. Gerakan maju ke atas hierarki organisasi menuju posisi dengan
tanggung jawab dan otoritas yang lebih besar, dimotivasi oleh hasrat untuk
berkuasa dan berprestasi; rentang waktu yang berbeda; dikenal dengan pandangan
tradisional tentang karier.
b.
Ahli. Pencurahan diri terhadap pekerjaan; berfokus pada membangun
pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang khusus; sedikit perpindahan ke atas
dalam hierarki tradisional; dari magang menjadi ahli; dimotivasi oleh hasrat
menguasai kompetensi dan stabilitas.
c.
Spiral. Gerakan maju secara periodik dan sepanjang hayat atas berbagai
pekerjaan yang berkisar antara 7-10 tahun; disiplin atau bidang-bidang khusus
yang masih terkait; cukup waktu untuk mencapai tingkat kompetensi yang tinggi
pada bidang tertentu sebelum pindah; motifnya adalah kreativitas dan
pertumbuhan pribadi.
d.
Transisi. Perubahan atau perpindahan yang kerap terjadi pada pekerjaan atau
yang berbeda atau tidak terkait; tidak tradisional; motifnya adalah variasi dan
kemandirian.[12]
Pada perspektif lain mengatakan bahwa bentuk-bentuk lain dari
pengembangan karier menurut Bambang Wahyudi (2007: 166) adalah berikut.
1.
Pendidikan
dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan kerja yang dimiliki karyawan dengan
cara menambah pengetahuan dan keterampilannya.
2.
Mutasi
atau yang dikenal dengan mutasi personal diartikan sebagai perubahan
posisi/jabatan/pekerjaan tempat kerja tenaga kerja, baik secara vertikal maupun
horizontal. Mutasi secara vertikal mengandung arti bahwa tenaga kerja yang
bersangkutan dipindahkan pada posisi/jabatan/pekerjaan yang lebih tinggi dari
sebelumnya, yang diikuti dengan perubahan/wewenang dan tanggung jawabnya,
status, kekuasaan, dan pendapat, baik ke yang lebih tinggi maupun tingkat yang
lebih rendah. Sedangkan mutasi horizontal berarti terjadinya perubahan
posisi/jabatan/pekerjaan/tempat, tetapi masih dalam level/tingkat yang sama,
(yang berubah hanyalah bidang tugas atau areal tempat tugasnya) yang diikuti
perubahan tingkat wewenang dan tanggung jawabnya, status, kekuasaan, dan
pendapatannya.[13]
Dari
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa seorang pegawai membutuhkan pendidikan
dan pelatihan untuk menambah keterampilan dan pengetahuan seorang pegawai pada
suatu organisasi. Selain pendidikan dan pelatihan karier tidak lepas dari
mutasi yaitu pemindahan posisi, jabatan, maupun tempat kerja. Mutasi terbagi
menjadi dua mutasi vertikal dan mutasi horizontal, jika mutasi vertikal yang
berubah jabatan atau posisi seorang pegawai menjadi lebih tinggi. Akan tetapi jika
mutasi horizontal yang berubah adalm tempat kerja seorang pegawai namun posisi
masih satu level pada jabatan sebelumnya.
Mutasi
vertikal terdiri atas sebagai berikut;
· Promosi diartikan sebagai perubahan posisi/jabatan/ pekerjaan dari
tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Bentuk-bentuk promosi
sebagai berikut;
a.
Promosi
sementara merupakan bentuk promosi yang dilaksanakan untuk jangka waktu
sementara. Promosi sementara ini tidak diikuti dengan perubahan pendapatan bagi
karyawan tersebut.
b.
Promosi
tetap adalah bentuk promosi yang berlangsung dalam jangka waktu relatif lama
dan bersifat definitif.
c.
Promosi
kecil merupakan promosi yangdilaksanakan dalam bentuk up grading untuk
meningkatkan kecakapan tenaga kerja yang bersangkutan. Promosi bentuk ini tidak
mengubah wewenang dan pendapatan tenaga kerja.
d.
Promosi
kering merupakan bentuk promosi yang dilakukan dengan disertai peningkatan dalam
wewenang, hak dan tanggung jawab, tetapi pendapatannya tidak mengalami
perubahan.
Karier dapat terbagi menjadi empat tipe (Driver, 1982), yaitu:
1.
Steady
state; pilihan karier untuk mengabdikan
diri dalam satu jenis pekerjaan tertentu;
2.
Linear; adanya peningkatan ke atas pada satu jenis pekerjaan;
3.
Spiral; tetap menekuni satu bidang pekerjaan dalam 7-10 tahun, kemudian
beralih bidang pekerjaan, tetapi tetap menggunakan keterampilan dan pengalaman
yang telah ada.
4.
Transitory; memilih beralih karier dalam jangka waktu yang cepat karena
keinginan untuk menggeluti beragam profesi menjadi tujuan utamanya. Misalnyna,
setelah bekerja sebagai programmer, beralih menjadi web designer.[14]
4.
Tahap-tahap Pengembangan Karier
Dalam pengembangan karier selain dibutuhkan model harus didukung
dengan tahap-tahan yang dapat menganalisis pengembangan karier bagi seorang
pegawai. Dan itu sangat dibutuhkan dalam pengembangan karier seorang pegawai.
1.
Fase
Awal
Fase awal atau sering disebut dengan karier awal adalah fase yang
menekankan pada perhatian untuk memperoleh jaminan terpenuhinya kebutuhan dalam
tahun awal pekerjaan. Perhatian kunci Manajemen SDM baru dimulai ketika seorang
individu memasuki organisasi. Variabel lain yang mempengaruhi kemungkinan
pencapaian suatu jenjang pekerjaan yang tingggi dalam karier seseorang adalah
aspirasi awal. Pegawai melalui tiga tahap ketika mereka memasuki sebuah
organisasi, yaitu (1) tahap memasuki, (2) tahap berlatih, dan (3) tahap
mengatur.
Karier awal tidaklah selalu berjalan dengan mulus, umumnya terdapat
sembilan masalah yang akan dihadapi yaitu, (a) frustasi atas ketidakpuasaan
awal disebabkan harapan penghargaan yang diterima tidak sesuai dengan
realitasnya, (b) penyedia yang tidak kompeten sehingga muncul kurangnya
pengarahan, (c) insentivitas pada aspek politis organis (d) kegalalan dalam memantau lingkungan internal
dan eksternal, (e) pengabaian kriteria yang sesungguhnya untuk pengevaluasian
kinerja, (f) ketengangan antara profesional, (g) ketidakpastian mengenai tipe
dan batas loyalitas yang dibutuhkan oleh organisasi, (h) kegelisahan mengenai
integritas, komitmen dan ketergantungan, (i) dilema etis.[15]
Jadi dapat disimpulkan bahwa pada fase awal pengembangan karier
merupakan memiliki tiga tahapan yakni, tahap memasuki dimana seorang pegawai
mencoba untuk beradaptasi dalam suatu pekerjaan, tahap berlatih maksudnya ialah
dimana seorang pegawai melakukan pelatihan untuk menambah keterampilannya dalam
berkarier. Tahap ketiga ialah mengatur sama halnya dengan memanajemen karier
seorang pegawai harus bisa melakukan manajemen atau pengaturan dalam kehidupan
kariernya. Pada fase ini tidaklah mudah karena banyak masalah yang dihadapi
seorang pegawai.
2.
Fase
Lanjutan
Fase kelanjutan
merupakan fase pertimbangan jaminan keamanan sudah mulai berkurang, akan tetapi
masih lebih menitik beratkan pada pencapaian, harga diri dan pembebasan.[16]
Kesimpulan pada
fase ini ialah seorang pegawai lebih cenderung pada pencapaian dan pembebasan
dari fase awal. Pada fase ini kemungkinan seorang pegawai sudah melakukan
penyesuaian yang membuatnya nyaman.
3.
Fase
Mempertahankan
Fase mempertahankan
adalah fase di mana individu mempertahankan pencapaian keuntungan atau manfaat
yang telah dicapainya sebagai hasil pekerjaan pada masa lampau. Dalma tahap ini
juga merupakan suatu periode pembentukan seseorang sebagai eksekutif dan
pengembangan tingkat keahlian yang dapat bernilai bagi organisasi. Pada tahap
ini pegawai mengalami masa transisi, dan hal tersebut dipengaruhi dengan faktor
positif dan negatif. Faktor positif seperti pemikiran ulang keputusan karier,
mencari keselamatan finansial, melanjutkan pendidikan, atau juga dapat menjadai
pensiunan dini.
Faktor negatifnya
seperti, kebosanan, kegelisahan, depresi, konflik antara pekerjaan dan tahap
kehidupan, dan lain-lain. Sehingga diperlukan strategi untuk menghadapi masalah
pertengahan karier adalah melatih pegawai pada karier pertengahan untuk membina
pegawai yang lebih junior. Selain itu bisa dengan menghadapi atau mencegah
keusangan.[17]
Jadi dapat
disimpulkan bahwa pada fase ini seorang pegawai diharuskan mempertahankan
pencapaian kariernya. Dalam fase ini seorang pegawa bertindak sebagai eksekutif
yang dapat mengembangkan kariernya dan memanfaatkan keuntungannya. Meskipun
dalam fase ini terdapat faktor yang dapat menghambat maupun faktor yang
memberikan solusi.
4.
Fase
Pensiun
Fase pensiun yaitu
individu telah melampui suatu karier yang diharapkan dan akan berpindah ke
karier yang lain [18]
Proses pengembangan
karier merupakan panduan kekuatan dan kepentingan antara perusahaan dengan
karyawan berdasarkan nilai kemitraan yang dapat menubuhkan pembinaan karyawan
berorientasi profesional. Proses pada pengembangan karier yang ditumbuhkan oleh
suatu perusahaan sangat membantun setiap individu
karyawan dalam memecahkan masalah karier, tidak ada masalah bagi diri karyawan
dalam memecahkan masalah karier, tidak ada masalah bagi dirinkaryawan dalam
meniti kariernya. [19]
Jadi dapat
disimpulkan pada fase pensiun seorang pegawai sudah harus memulai mengurangi
jam kerja secara bertahap hingga ia memiliki karier yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Afifuddin,
Manajemen Personalia, Bandung: Pustaka Setia, 2014.
Sutrisno, Edy,Manajemen Sumber Daya Manusia,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2014.
Poltak Sinambela,Lijan, Manajemen
Sumber Daya Manusia, Jakarta:Bumi Aksara.2017.
[1] Lijan
Poltak Sinambela, Menejemen Sumber Daya
Manusia. (Jakarta PT Bumi Aksara. 2016) hlm 250-253
[2] Ibid 254
[3] Ibid 255
[4] Edi
Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia,
(Kencana Prenada Media Group, Jakarta 2009) hlm 160-162
[5] Edi
Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia,
(Kencana Prenada Media Group, Jakarta 2009) hlm 163-164
[6] Kasmir, Manajemen Sumber Daya Manusia (Teori dan
Praktek), (PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta 2016) hlm.152-154.
[7]
Lijan Poltak Sinambela, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi
Aksara,2016), hlm.273.
[8]
Lijan Poltak Sinambela, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi
Aksara,2016),hlm.274.
[9]
Lijan Poltak Sinambela, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi
Aksara,2016), hlm.274.
[10]Lijan
Poltak Sinambela, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi
Aksara,2016), 274-275.
[11]
Lijan Poltak Sinambela, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi
Aksara,2016), hlm.276-277.
[12]Lijan
Poltak Sinambela, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi
Aksara,2016), hlm.273-278.
[13]
Afifuddin, Manajemen Personalia, (Bandung: Pustaka Setia,2014), hlm.275.
[14]Afifuddin,
Manajemen Personalia, (Bandung: Pustaka Setia,2014), hlm.276.
[15]
Lijan Poltak Sinambela, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi
Aksara,2016), hlm.281.
[16]
Lijan Poltak Sinambela, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi
Aksara,2016), hlm.283.
[17]
Lijan Poltak Sinambela, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi
Aksara,2016), hlm.283.
[18]
Lijan Poltak Sinambela, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi
Aksara,2016), hlm.284.
[19]Edy
Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014), hlm.165.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar